Mendeteksi Keretakan Pesawat
Mendeteksi Keretakan Pesawat - Crack Progression Theory dan Kejeniusan BJ Habibie. Saat kita menaiki pesawat mungkin kita akan melihat body dan sayap pesawat itu mulus, kuat dan tidak bercelah, akan tetapi tahukah Anda bagian dalam dari struktur sayap dan body pesawat tersebut berongga - rongga. Saat pesawat beroperasi sebenarnya struktur penyangga pesawat tersebut selalu manahan tekanan yang sangat besar dan terus - menerus / continious. Terlebih lagi saat pesawat akan melakukan take off, landing serta saat mengalami turbulensi.
Rapuhnya Konstruksi Pesawat
Konstruksi bagian dalam sayap pesawat tertutup rapat dan beban berat yang terus terjadi akan menimpa bagian ini, masalah tersebut terus membayangi para user dan manufacturer di bidang penerbangan selama berpuluh - puluh tahun karena mereka tidak pernah tahu apakah pada struktur dalam pesawat mengalami kerusakan atau tidak.
Struktur dalam pesawat juga dapat mengalami kelelahan seperti halnya manusia, kelelahan material ini biasa disebut “fatigue”. Dahulu, kelelahan (fatigue) dari bahan ini masih sangat sulit dideteksi karena pada zaman tersebut alat yang ada masih sangat terbatas. Hal ini dapat terlihat pada tahun 1960-an dimana kecelakaan pesawat masih sangat sering terjadi.
Kelelahan (fatigue) pada pesawat
Kelelahan (fatigue) pada pesawat biasanya terjadi pada bagian penghubung sayap dan body utama pesawat terbang, selain itu kelelahan juga dapat terjadi pada bagian penghubung sayap dan mesin. Karena terus - menerus mengalami guncangan dan getaran selama take off dan landing yang menyebabkan kedua bagian tersebut mengalami kelelahan, dari sinilah dapat mengakibatkan retakan (crack) akibat lelahnya (fatigue) material penghubung tersebut.
Awalnya retakan ini mungkin hanya sebesar 0,005 milimeter, akan tetapi lama kelamaan retakan tersebut akan terus merambat menjadi lebih besar dan bercabang. Bila hal ini tidak terdeteksi maka hal yang lebih parah dapat terjadi, sayap dari pesawat tersebut dapat tiba - tiba patah ketika take off. Terlebih lagi pada masa itu sistem pesawat sudah mulai berubah dari sistem propeler menjadi sistem mesin jet, hal ini menyebabkan potensi untuk terjadinya fatigue failure ini semakin besar. Pada masa itu, dapat dikatakan para peneliti mengalami deadlock dalam memecahkan masalah tersebut.
Peran Penting Mr. Crack B.J. Habibie dalam Mendeteksi Keretakan Pesawat
Masalah tersebut tentu membutuhkan solusinya segera dan seorang penggagas cerdas muncul dari Indonesia, saat itu beliau masih berumur 32 tahun. Seorang doktor dengan perawakan kecil namun sangat energetik, beliau adalah Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie. Beliau adalah penggagas muda kelahiran Pare Pare Sulawesi Selatan pada 25 Juni 1936 lalu, kejeniusan BJ Habibie ini berhasil menemukan letak titik awal retakan atau crack propagation point. Beliau melakukan perhitungan yang sangat detail, bahkan perhitungan yang dilakukan sampai tingkat atom.
Di dalam dunia penerbangan, hal ini merupakan penemuan besar, teori yang dikemukakan oleh Habibie ini disebut teori Crack Progression atau disebut juga dengan “theory of Habibie”. Mungkin kita jarang mendengar teori ini, akan tetapi teori Habibie ini telah dipakai di Industri penerbangan di seluruh dunia. Berkat teori inilah yang menyebabkan tingkat keamanan dalam penerbangan meningkat, tidak hanya menurunkan resiko kecelakaan, akan tetapi juga membuat proses perawatan pesawat menjadi mudah dan lebih murah.
Teori Habibie dan Faktor Habibie
Sebelum Habibie mengemukakan teori ini, letak retakan (crack) pada pesawat tidak dapat dideteksi lebih awal. Hal ini membuat para insinyur mengatasinya dengan cara meningkatkan safety factor (SF), namun bagaimana caranya meningkatkan safety factor? caranya adalah dengan meningkatkan kekuatan konstruksi yang dipakai jauh melebihi kebutuhan teorinya, tentunya hal ini akan membuat pesawat memiliki berat yang lebih dari semestinya.
Hal ini akan membuat pesawat bergerak lebih lambat, susah bermanuver dan menyebabkan konsumsi bahan bakarnya bertambah, hal ini tentu akan sangat merepotkan. Berkat munculnya teori Habibie membuat letak dan besar retakan (crack) bisa dihitung, hal ini dapat memangkas bobot pesawat sehingga para insinyur dapat mengurangi safety factor (SF). Bobot pesawat sendiri merupakan faktor penting di dalam dunia penerbangan, terobosan luar biasa ini dalam dunia penerbangan disebut dengan factor Habibie. Jadi, kita tentunya harus bangga memiliki seorang jenius seperti B.J.Habibie yang mungkin ceritanya ini belum banyak orang yang tahu.
Dampak Faktor Habibie
Faktor Habibie ini berdampak besar bagi dunia penerbangan karena dengan adanya factor Habibie ini membuat berat pesawat dapat berkurang hingga 10%. Bahkan, setelah material komposit buatan pak Habibie digunakan membuat bobot pesawat dapat berkurang hingga 25%. Hal ini tentu akan membuat pesawat mudah dalam bermanuver, lebih mudah take off, menghemat bahan bakar dan mengurangi biaya dalam pembuatan maupun perawatannya.
Jadi, dengan adanya teori ini membuat kemampuan pesawat meningkat jauh dari sebelumnya. Hal ini membuat teori Habibie ini menjadi tolak ukur utama di dunia penerbang pada saat itu, maka tidak heran kalau Habibie sampai pernah menjadi vice president di salah satu industri penerbangan terbesar di Jerman yaitu Messerschmitt Boelkow Blohm GmbH (MBB). Sebagai tambahan, beliau adalah satu - satunya orang non-Jerman yang mampu menduduki posisi setinggi itu pada perusahaan tersebut.
0 Response to "Mendeteksi Keretakan Pesawat"
Posting Komentar